Clerk PUBMCK

Ganjar Ingin Para CPNS Digojlok dan Lekas Menikah
SEMARANG – Gelak tawa menggema saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengulik kehidupan pribadi Tegar, Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang bertugas di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga dan Ciptakarya. Bagaimana tidak, segala pertanyaan dari orang nomor satu di Jateng itu dijawab polos oleh Tegar, dari persoalan gaji hingga kos-kosan.
Perbincangan antara keduanya terjadi saat Ganjar memberi pengarahan di Dinas PU Bina Marga dan Ciptakarya, Rabu (8/5/2019) di aula dinas terkait. Dari Kepala Dinas PU Bina Marga dan Ciptakarya AR Hanung Triyono, pejabat struktural sampai CPNS hadir mendengarkan pengarahan dari Ganjar.
“Apa yang bapak ibu lakukan ini benar-benar ibadah, tidak main-main ini. Terlebih yang menyangkut pembangunan jalan. Karena dengan pembangunan jalan, akhirnya mobilitas orang jadi lancar sehingga orang senang. Tapi sebaliknya, jika para pegawai main-main maka dosa besar sudah menanti,” kata Ganjar.
Saat mengucapkan kalimat itu, Ganjar melihat sebaris anak-anak muda. Mereka adalah CPNS yang mendapat tugas di dinas tersebut. Kepada AR Hanung, Ganjar meminta agar para CPNS tersebut digojlok.
“Yang CPNS ini digojlok lah, dikasih PR. Yang muda ini dikasih tugas yang eksploratif karena ilmunya baru, penerapannya juga baru,” ujarnya disambut tawa para pegawai yang hadir.
Ganjar lantas bertanya pada satu persatu CPNS. Mulai dari identitas, tempat tinggal, sampai status. Tegar salah satunya. Lelaki berbadan gempal asal Sukoharjo, berusia 31 tahun itu mengaku belum menikah dan tinggal ngekos di Semarang.
Ganjar lantas menanyakan berapa besaran gaji yang dia terima. “Saya lulusan teknik sipil UGM, pak. Gaji yang saya terima Rp 1,9 juta setelah dipotong pajak. Tapi, setiap bulan juga masih harus bayar kos Rp 450 ribu,” kata Tegar yang memancing tawa sesama rekannya.
Mendengar jawaban Tegar, Ganjar mengatakan berapapun besarnya gaji harus disyukuri agar jadi pegawai yang berintegritas.
“Integritas harus nomor satu. Reformasi birokrasi yang saya lakukan lahir dan belajar dari pengaduan yang ada di Bina Marga, lewat program ‘Jateng Tanpa Lubang.’ Ini sepele, tapi boleh dicek, masyarakat melihat keberhasilan lewat mulusnya jalan raya,” katanya.
Dengan bercanda, Ganjar juga mengimbau Tegar agar lekas menyunting kekasihnya. Karena kesuksesan lelaki juga bergantung pada istri. Ganjar juga menekankan agar jangan minder karena penghasilannya kecil, karena kita tidak tahu bagaimana masa depan seseorang.
“Saya tidak akan melihat sampeyan (CPNS) jadi kepala dinas atau jadi menteri atau bahkan presiden. Tapi saya menyiapkan roadmap untuk anda ke sana. Kultur kerja memang sudah kita siapkan. Selamat bekerja, semoga berkah,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, gaji CPNS di Jateng sebenarnya sebesar Rp2 juta, namun setelah dipotong pajak, akhirnya hanya menerima Rp1,9 juta. Baru setelah satu tahun, mereka akan menerima gaji PNS penuh ditambah TPP.

Di Jateng, Camat dan Kepsek Bisa Jadi Kepala Biro dan Kepala Dinas Pendidikan
SEMARANG – Tepuk tangan langsung bergemuruh di Gedung Gradhika Bhakti Praja saat nama Imam Maskur dan Jumeri disebut dalam acara upacara pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan Pejabat Tinggi Pratama di lingkungan Pemprov Jateng, Senin (6/5/2019).
Bagaimana tidak, dua pejabat tinggi tersebut bukan berasal dari lingkungan pejabat elit di Pemprov Jateng, melainkan seorang camat dan kepala sekolah di daerahnya masing-masing.
Imam Maskur merupakan Camat Kedungbanteng, Kabupaten Tegal yang dipercaya oleh Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo menjadi Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Jateng.
Sementara Jumeri, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Bawen Kabupaten Semarang yang dipercaya menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng.
Sejak memimpin tahun 2013 lalu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo memang menerapkan promosi jabatan secara terbuka. Proses rekrutmen pejabat tinggi di lingkungan Pemprov Jateng dilakukan dengan cara lelang jabatan dan membuka kesempatan bagi siapa saja untuk mendaftarkan diri.
Hal tersebut yang membuat proses seleksi jabatan bebas dari praktik korupsi. Tak hanya itu, lelang jabatan juga membuka lebar peluang setiap orang untuk bisa menduduki jabatan di lingkungan Pemprov Jateng itu termasuk Imam Maskur dan Jumeri.
“Sebenarnya ini konsekuensi dari promosi terbuka, siapapun bisa masuk dan memimpin. Saya tidak tahu mereka, tidak kenal mereka, karena mereka sesuai golongan dan syaratnya mencukupi, maka panitia seleksi melakukan seleksi dan mereka dinyatakan lolos,” kata Ganjar usai melantik pejabat baru tersebut.
Tak hanya itu, saat melakukan wawancara, Ganjar juga mengatakan bahwa mereka memiliki gagasan dan pengalaman yang menarik. Untuk itu, dirinya memberikan kesempatan kepada mereka untuk bisa memimpin.
“Yang penting memiliki integritas dan kompetensi yang bagus, sehingga bisa bekerja dengan baik. Mereka orang-orang berpengalaman dan saya harap mereka dapat memimpin dengan baik,” tambahnya.
Meski begitu, Ganjar mengatakan telah mengontrak para pejabat baru yang dilantik tersebut selama satu tahun. Nantinya, selama satu tahun akan dievaluasi apakah pejabat baru tersebut layak untuk melanjutkan atau harus mengundurkan diri.
“Jadi selama setahun itu mereka harus memastikan bahwa yang dilakukan benar semuanya. Kalau tidak, maka harus sepakat untuk siap mundur. Kalau ada catatan dari saya atau komplain dari masyarakat yang membuat mereka harus mudnur, ya harus siap. Ini akan menjadi tradisi,” tegasnya.
Terakhir, Ganjar berpesan kepada para pejabat baru yang dilantik tersebut untuk tidak sombong dan bekerja sesuai integritas dan profesional.
“Tidak perlu sombong, langsung bekerja untuk melayani masyarakat. Sementara bagi yang tidak lolos dalam lelang jabatan lagi, jangan berkecil hati. Biasa saja, silakan ikut daftar lagi, karena ini kontestasi yang terbatas,” tutupnya.
Sementara itu, Imam Maskur mengatakan bersyukur mendapat amanat dari Gubernur menjabat sebaga Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat. Meski cukup berat, namun ia akan berupaya untuk mewakafkan dirinya demi masyarakat Jateng.
“Nanti akan saya buktikan jika saya bisa. Saya akan berusaha menjalankan amanat ini dengan bekerja semaksimal mungkin demi kemajuan Jawa Tengah. Kalau nanti saya dalam waktu setahun dirasa memang tidak memenuhi syarat, saya siap mengundurkan diri,” tegasnya.
Selain Imam Maskur dan Jumeri, dalam kesempatan itu Gubernur Jateng juga melantik sejumlah pejabat tinggi lainnya. Mereka adalah Wisnu Zaroh sebagai Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jateng, AR Hanung Triyono, sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jateng, Eko Yunianto sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi Jateng, Fendiawan Tiskiantoro sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jateng, Retno Sudewi sebagai Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Jateng (DP3AKB) serta Ratna Kawuri sebagai Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jateng.

Wanti-wanti Kontraktor Jangan Rasywah, Ganjar: Kalau Ada Bawahan Kami Minta, Akan Saya Istirahatkan
SEMARANG – Sejumlah pekerjaan perbaikan peningkatan jalan dan jembatan di Jateng mulai dilaksanakan, menyusul telah ditandatanganinya sejumlah paket pekerjaan oleh Pemprov Jateng dengan para penyedia jasa. Penandatanganan kontrak dilakukan di Gedung A Lantai 2 kompleks Kantor Gubernur Jateng, Jalan Pahlawan Kota Semarang, Selasa (30/4/2019).
Dalam kesempatan itu, Ganjar yang menyaksikan langsung penandatanganan, mewanti-wanti kepada para kontraktor untuk menjaga integritas dalam bekerja dan menghindari praktik rasywah atau suap. Para kontraktor atau penyedia jasa tidak boleh memberikan apapun kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) atas proyek-proyek yang dikerjakan.
“Jaga integritas, jangan sekali-kali mencoba menyuap kami. Tidak boleh ada sogok menyogok. Saya pribadi menegaskan tidak mau menerima apapun, begitu juga dengan dinas-dinas kami. Kalau ada yang menerima, akan langsung saya istirahatkan,” tegas Ganjar.
Integritas, lanjut Ganjar, menjadi fokus utama selama dia memimpin Jateng. Selain untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, praktik penghapusan suap menyuap dalam pelaksanaan proyek pekerjaan juga penting untuk menjaga kualitas dan kuantitas pekerjaan.
Menurut dia, selama ini ada pandangan orang bahwa jika kerja di Bina Marga PU itu identik dengan sogok menyogok, suap menyuap. Untuk itu, Ganjar ingin mengubah pandangan tersebut dengan melaksanakan semua pekerjaan sesuai aturan.
“Maka saya ingin semua membangun integritas dan bersih. Kalau penyedia jasa tidak punya beban itu, mereka bisa bekerja dengan baik tanpa tekanan. Kalau itu berjalan dengan baik, ada harapan secara kualitas dan kuantitas bisa dijaga, kalau terjaga masyarakat pasti bisa menikmati itu,” tegasnya.
Ganjar juga mengusulkan agar jika ada dana berlebih, lebih baik digunakan untuk program Coorporate Social Responsibility (CSR) ketimbang digunakan untuk suap. Dana itu, bisa dimanfaatkan membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan melalui program tersebut.
“Pola cost untuk anggaran nyogok ke kami dibuang saja. Sekarang digantikan untuk membantu saja seperti untuk CSR. Gunakan anggaran itu untuk membantu masyarakat, mungkin sepanjang jalan yang dibangun ada yang tidak punya jamban, ada yang tinggal di rumah tidak layak huni dan lainnya,” tukasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Jateng AR Hanung Triyono mengatakan, ada 230 paket pekerjaan di Jateng tahun 2019 ini. Dari jumlah itu, sudah ada18 paket pekerjaan bidang jalan dan jembatan yang sudah terkontrak yang hari ini ditandatangani. “Namun secara simbolis, penandatanganan dilakukan terhadap tiga paket pekerjaan saja,” kata dia.
Tiga paket tersebut, terang Hanung, yakni peningkatan Jalan Kutoarjo-Bruno batas Kabupaten Wonosobo dengan nilai kontrak Rp4,6 miliar dan paket peningkatan Jalan Kuwu-Galeh batas Kabupaten Sragen dengan nilai kontrak Rp5 miliar. “Selain itu, ada juga paket jasa konsultasi pengawasan jalan dan jembatan BPJ Wilayah Cilacap dengan nilai kontrak Rp830 juta,” paparnya.
Pada kesempatan itu, Hanung juga mengingatkan para penyedia jasa untuk fokus bekerja sesuai kontrak. Diharapkan semua pekerjaan berjalan lancar tanpa ada gangguan atau hambatan. “Faktor cuaca dan kondisi alam juga harus dipertimbangkan. Selain itu, program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga harus diperhatikan,” pungkasnya.

Jalur KA Wilayah Tengah dan Utara Jateng Dihidupkan Lagi
MAGELANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus menghidupkan kembali jalur kereta api di beberapa daerah, terutama wilayah tengah dan utara. Bahkan desain reaktivasi jalur moda transportasi massal itu juga sudah disiapkan.
“Desainnya sudah disiapkan, karena Jateng sedang mempersiapkan moda transportasi massal dan saya kira kereta api yang terbaik,” ujar Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP usai menjadi keynote speech pada seminar nasional bertema “Pengembangan Infrastruktur Transportasi sebagai Faktor Pendukung Pembangunan Nasional” di Universitas Tidar, Magelang, Selasa (25/9/2018).
Ia menjelaskan, jalur kerera api buatan Belanda hingga saat ini masih ada meskipun tidak sedikit rel yang hilang. Jalur-jalur kereta api masih mempunyai potensi bagus dan akan ditambah terus melalui kerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia agar hasilnya lebih baik.
Mantan anggota DPR RI itu mengatakan, reaktivasi jalur kereta api di Jateng sudah dilakukan sejak awal kepemimpinannya lima tahun lalu dan hingga kini masih terus berjalan. Saat ini reaktivasi mengarah di wilayah utara dan jalur tengah. Untuk wilayah utara meliputi Semarang-Grobogan-Blora, sedangkan jalur tengah yang akan dihidupkan adalah jalur Purworejo-Magelang-Wonosobo.
“Selain itu, diharapkan beberapa daerah yang mempunyai potensi wilayah akan didorong kereta api wisata, karena ke depan kita butuh transportasi massal,” terangnya.
Terkait anggaran, kata dia, seluruhnya berasal dari pusat, sedangkan Pemprov Jateng hanya mengajukan permintaan reaktivasi jalur kereta api. Semua kebutuhan dana dihitung oleh Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia.
Selain reaktivasi jalur kereta api, gubernur dalam pidatonya mengatakan Pemerintah Provinsi Jateng juga terus mendorong peningkatan kualitas jalan provinsi guna mendukung pembangunan sosial, ekonomi dan pengembangan wilayah, meningkatkan penataan sistem transportasi antar moda, serta pengembangan angkutan massal.
Selain itu, terkait infrastruktur jalan di berbagai daerah di Jateng, sampai saat ini Jateng tetap bertekad mewujudkan Jawa Tengah tanpa lubang. Pada program ini, sinkronisasi dengan penanganan jalan antar kewenangan pusat, provinsi dan kabupaten/kota menjadi penting untuk menjaga kondisi jalan dalam keadaan mantab sepanjang tahun.
“Para mahasiswa teknik sipil tantangan dan tanggung jawab anda kelak berat. Membangun jalan saja tidak cukup, kita harus merawat dan mengedukasi masyarakat untuk menggunakan jalan dengan baik. Salah satunya kendaraan truk jangan over tonase, karena itu selain merusak jalan juga mengancam keselamatan pengemudi dan pengguna jalan lainnya,” beber gubernur.
(Marni/Puji/Humas Jateng)

Dibangun 2019, Jembatan di Atas Sungai Serayu Ini Sambungkan Purbalingga-Banjarnegara
PURBALINGGA – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah segera membangun Jembatan Kedung Legok yang menghubungkan Kabupaten Purbalingga dengan Banjarnegara. Dengan adanya Jembatan yang membentang di atas Sungai Serayu tersebut, akan mempermudah dan mempercepat mobilitas warga di wilayah selatan Jateng.
“Sekarang sedang masuk tahap desain, sedangkan pembangunan fisik akan dimulai sekitar April 2019,” ujar Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs Heru Sudjatmoko MSi di sela tinjauan calon lokasi pembangunan Jembatan Kedung Legok, Kecamatan Kemangkon Purbalingga, Selasa (21/8/2018).
Jembatan yang membentang di antara Desa Kedung Legok, Kecamatan Kemangkon Purbalingga – Desa Dermasari, Kecamatan Susukan, Banjarnegara itu, tidak hanya membuka akses masyarakat Banjarnegara, Banyumas, Cilacap dan sekitarnya, tetapi juga akan menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar.
scatter-hitam
Jembatan dengan panjang 120 meter dan lebar 9 meter tersebut dibiayai APBD Jateng sebesar Rp35 miliar. Keberadaan jembatan ini, mempermudah dan mempersingkat waktu tempuh warga Jateng wilayah selatan dan sekitarnya menuju Bandara Jenderal Soedirman.
“Warga dari wilayah selatan Purbalingga tidak perlu lagi memutar arah hingga belasan kilometer menuju Bandara. Selain itu setelah adanya jembatan, jalan di sini akan ramai kendaraan dari banyak daerah. Warga di pinggir jalan bisa membuka warung makan atau usaha lainnya, sehingga ekonomi pun akan tumbuh,” bebernya.
Ia menjelaskan, pembangunan jembatan yang berlokasi tidak jauh dari desa kelahirannya tersebut merupakan hadiah istimewa dari Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP untuknya. Setelah lima tahun mendampingi Gubernur Ganjar Pranowo memimpin Jawa Tengah, masa tugasnya sebagai wakil gubernur segera berakhir pada Kamis (23/8/2018).
“Menjelang pensiun atau habis masa jabatan saya sebagai wakil gubernur Jateng pada Kamis besok. Pak gubernur sangat bijaksana memberi hadiah untuk saya tetapi bukan untuk saya sendiri, melainkan juga untuk rakyat terutama masyarakat Banjarnegara dan Purbalingga,” terang Heru
Mantan gubernur Purbalingga itu mengatakan, keberadaan jembatan Kedung Legok akan banyak memberi manfaat. Selain untuk jalur menuju Bandara Jenderal Soedirman di Purbalingga yang akan beroperasi untuk penerbangan komersil, juga mempermudah akses masyarakat karena jarak tempuh antarkabupaten menjadi lebih dekat.
Menurutnya, jembatan sudah jadi, jarak tempuh dari jembatan menuju Bandara Wirasaba hanya sekitar lima kilometer. Sedangkan apabila melewati jalur biasa atau bukan dari Jembatan Kedung Legok, warga dari Banjarnegara harus memutar arah melalui Klampok dengan jarak tempuh lebih dari 10 kilometer.
“Mudah-mudahan pembangunan jembatan ini cepat terlaksana dan bermanfaat untuk semua. Mari kita bersama-sama mendoakan agar semuanya berjalan lancar,” pintanya.
Salah seorang warga, Casmiah (60), mengaku senang atas rencana pembangunan jembatan antarkabupaten tersebut. Selama ini, warga Desa Kedung Legok itu harus naik perahu penyeberangan jika akan ke rumah kerabat di seberang sungai atau Desa Dermasari, Banjarnegara. Bahkan ketika musim hujan atau air sungai meninggi, warga terpaksa berjalan memutar arah yang jaraknya cukup jauh.
“Kalau jembatan ini sudah jadi, warga dari Purbalingga ke Banjarnegara akan lebih mudah dan dekat, bisa dengan jalan kaki atapun naik kendaraan. Kalau sekarang harus naik perahu atau berjalan memutar arah,” bebernya.
(Marni/Puji/Humas Jateng)

Diusulkan Pembangunan 5 Jembatan Gantung di Purbalingga
PURBALINGGA – Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko bersama dengan Sekda Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP dan OPD terkait serta tim teknis Satker Kementerian PUPR meninjau beberapa lokasi yang diusulkan oleh Bupati Purbalingga untuk mendapat bantuan jembatan gantung dari Kementerian PUPR, Sabtu (18/8/2018).
Ada lima lokasi yang dimohonkan untuk mendapat bantuan jembatan gantung, diantaranya; jembatan yang menghubungkan Desa Bokol-Desa Sumilir Kecamatan Kemangkon dengan bentang 120 m; jembatan yang menghubungkan Desa Kaliori Kecamatan Karanganyar-Desa Pagerandong Kecamatan Kaligondang dengan bentang 100 m; jembatan yang menghubungkan Desa Karangmalang Kecamatan Bobotsari-Grumbul Buyar dengan bentang 40 m; jembatan yang menghubungkan Desa Langkap Kecamatan Kertanegara-Desa Kramat Kecamatan Karangmoncol dengan bentang 80 m; dan jembatan yang menghubungkan Desa Onje-Grumbul Mesir kecamatan Mrebet dengan Bentang 45 m.
Wakil Gubernur Heru Sudjatmoko mengatakan tinjauan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungannya ke Kementerian PUPR beberapa waktu lalu untuk berkonsultasi perihal permohonan bantuan jembatan gantung di Kabupaten Purbalingga. Jembatan itu sangat diperlukan guna membuka akses hubungan antar desa dan meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kepada masyarakat. Mengingat kondisi geografis Purbalingga yang sebagian besar daerah perbukitan dan banyak dialiri sungai besar dan kecil, sehingga banyak wilayah perdesaan yang terpencil dan tingkat aksesbilitasnya sangat rendah.
Oleh karenanya, tinjauan tersebut juga sekaligus pengecekan oleh tim teknis dari Kementerian PUPR yang kemudian akan dilakukan pengkajian dalam memperoleh bantuan jembatan gantung dari Kementerian PUPR. Jika nantinya kelima lokasi tersebut lolos kajian, maka pembangunan jembatan gantung dimulai pada sekitar pertengahan hingga akhir tahun 2019 atau pada tahun 2020.
“Saya mohon dukungan doanya kepada masyarakat, mudah-mudahan kelima-limanya bisa dibangun walaupun ketika kami menghadap Pak Dirjen, beliau sudah menyampaikan informasi kalau untuk 2018 tidak mungkin. Mudah-mudahan bisa 2019 dan mudah-mudahan bisa kelima-limanya yang diusulkan bisa, tetapi bukan kami yang menentukan tapi kementerian. Akan tetapi tekad kami seandainya ada yang belum masuk di 2019 akan terus kita perjuangkan untuk 2020,” terangnya.
Heru meminta kepada para Kades dan Camat di daerah-daerah yang diusulkan pembangunan jembatan gantung untuk bisa memberikan pengertian kepada warga jika pembangunan tersebut tidak kunjung terealisasi. Mengingat di Kementerian PUPR ada banyak permohonan serupa yang berasal dari daerah-daerah lain terutama di luar Pulau Jawa.
“Itu kalau masuk di 2019, tapi kalau tidak Pak kades dan Pak Camat harus bisa memberi pengertian kepada warga,” katanya.
Sementara itu, untuk lokasi jembatan gantung di Desa Onje Kecamatan Mrebet setelah dilakukan peninjauan dan pengecekan sangat sulit mendapatkan rekomendasi dari Kementerian PUPR. Hal ini karena sekitar 100 m dari usulan lokasi jembatan gantung berdiri jembatan dengan kapasitas 6 ton yang dibuat dari APBD Purbalingga pada 2016 lalu. Jembatan tersebut tidak dapat dilalui oleh kendaraan berat, sedangkan warga meminta agar dibuatkan jembatan yang bisa dilalui mobil untuk mengangkut hasil bumi.
Untuk mempelancar akses dan perekonomian warga, Heru mengusulkan agar jembatan yang sudah ada diperkuat dan diperlebar dengan menggunakan anggaran gotong royong, yakni anggaran dari dana desa, APBD Kabupaten, dan APBD Provinsi.
“Kalau jembatan gantung dari kementerian diutamakan yang belum ada jembatannya sama sekali. Jadi yang mendesak justru bagaimana memperkuat membesarkan melebarkan jembatan yang sudah ada,” ujarnya.
Menanggapi usulan dari Heru, Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi yang juga ikut dalam tinjauan tersebut sangat setuju karena yang diingin warga juga jembatan yang bisa dilalui oleh mobil yang dapat membawa hasil bumi. Sehingga dirinya akan segera memerintahkan jajarannya untuk menghitung besaran anggaran yang diperlukan agar dapat dianggarkan pada 2019 nanti.
(Kukuh/Puji/Humas Jateng)