1558589097774-IMG-20190523-WA0028_detail

Demi Kelancaran Pemudik, Pekerja: Kami Rela Kerja Siang-Malam

 

SEMARANG – Hari Raya Idul Fitri sebentar lagi tiba. Moment yang juga disebut Lebaran itu, akan berdampak padatnya ruas-ruas jalan raya karena banyaknya kendaraan pemudik yang hendak oulang ke kampung halaman.

Di tengah persiapan arus mudik Lebaran tahun ini, ada banyak kisah perjuangan orang-orang hebat yang rela bekerja siang malam dan berpisah dengan keluarga. Mereka adalah para pekerja proyek perbaikan atau peningkatan jalan raya. Setiap hari, mereka berkecimpung dengan aspal, beton dan debu demi menyiapkan jalan berkondisi laik yang akan digunakan para pemudik.

Aji Setyo, 30, warga Gunung Kidul Yogyakarta ini, salah satunya. Bersama ratusan temannya, mereka bekerja siang hingga malam di proyek pelebaran jalan ruas Jalan Semarang-Jambu, Kabupaten Semarang. “Pekerjaan ini memang dikebut agar bisa mendukung kelancaran arus mudik Lebaran. Jadi, kami bekerja siang-malam untuk mempercepat pekerjaan selesai,” kata dia, Kamis (23/5/2019).

Setiap hari, kata dia, Aji bekerja mulai pukul 08.00WIB sampai pukul 01.00WIB dini hari. Jam istirahat hanya ada pada waktu siang dan magrib. “Memang capek kalau dipikir, tapi karena tanggung jawab, jadi merasa tidak capek. Apalagi, pekerjaan ini juga demi kelancaran arus mudik, jadi bahagia bisa membantu sesama,” terangnya.

Hal senada disampaikan Rian, 40, warga Demak. Rian mengatakan, selain bekerja siang dan malam, dirinya juga tidak bisa merasakan puasa bersama keluarga. “Sudah sebulan bekerja di sini, selama Ramadan ini, baru pulang pas hari pertama puasa saja,” ucapnya.

Koordinator Health, Safety and Environment (HSE) proyek pelebaran jalan Semarang-Jambu, Sukamto mengatakan, ada sekitar 100 orang yang bekerja dalam proyek tersebut. “Sebenarnya kontrak proyek selesai Desember. Namun karena ini juga untuk kelancaran mudik Lebaran, sehingga dilakukan percepatan,” kata dia.

Meski tidak bisa selesai total saat musim mudik tiba, setidaknya pelebaran itu dapat mengurai kemacetan yang kerap melanda wilayah Jambu. “Proyek nanti akan dihentikan H-10 Lebaran. Nanti akan kami pasang barier dan rambu-rambu khusus,” tukasnya.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang mengecek persiapan jalur mudik Lebaran 2019 mampir ke sejumlah titik proyek pelebaran jalan di jalur tersebut. Seperti biasa, Ganjar juga menyapa para pekerja. “Poso ora (puasa tidak)? Nek ra poso, mangan sing akeh ben kuat kerjone (kalau tidak puasa makan yang banyak biar kuat). Ojo lali bar bodho di saur (jangan lupa habis Lebaran dibayar hutang puasanya),” canda Ganjar sambil menyalami para pekerja.

1558587763610-IMG-20190523-WA0035_detail

Sambut Arus Mudik, Ganjar Keliling Cek Kesiapan Jalur Tengah dan Selatan

 

SEMARANG – Setelah sempat mengendari sepeda motor Semarang – Magelang via Kopeng untuk ngecek jalur persiapan mudik, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kamis (23/5/2019) kembali melakukan pengecekan di sejumlah jalur tengah hingga selatan. Titik awal yang dicek Ganjar adalah pengerjaan pelebaran jalan di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.

Ganjar mengatakan, setelah kemarin banyak pejabat yang ngecek jalur Pantura, sekarang giliran dirinya ngecek jalur tengah sampai selatan. Mulai dari Kabupaten Semarang, Magelang hingga Purbalingga. “Nanti kita akan ke Magelang berlanjut ke Purworejo terus ke selatan, di Pansela kita mau cek yang selatan sampai ke barat dan muter sampai Purwokerto,” katanya.

Selepas dari Purwokerto, Ganjar juga bakal melakukan pengecekan di jalur daerah-daerah rawan bencana kemudian masuk ke Purbalingga dengan titik Bobotsari dan Karangreja. “Di situ ada Bayeman kita mau cek agar rambu-rambunya ditambah karena usulannya masyarakat mestinya jalan itu dibuat flyover biar agak landai. Karena memang di situ tajam sekali, minimal dihambatlah agar pengendara tidak ngebut,” paparnya.

Untuk titik awal, Ganjar mengecek pengerjaan pelebaran jalan Semarang – Magelang jalur Jambu. Pengecekan dilakukan secara bersama antara Pemprov Jateng dengan Balai Besar Jalan Nasional dan Pemkab Semarang. Setelah tiga komponen pemerintahan tersebut turun bersama, Ganjar mengatakan segala persoalan saat mudik bisa diantisipasi dan tertangani dengan tepat. Untuk pengerjaan pelebaran jalan di Jambu Kabupaten Semarang, Ganjar mengatakan sejauh ini progresnya sangat baik dan sesuai jadwal.

“Hari ini ngecek bareng antara Pemprov (Jateng), Pemkab Semarang dan Balai Besar Jalan nasional. Persiapan jalur mudik ini kalau lihat progresnya bagus, masih sesuai jadwal. Namun jika untuk digunakan jalur mudik belum bisa. Saat ini untuk pengerjaan jalan terus,” kata Ganjar.

Karena belum bisa digunakan untuk jalur mudik, Ganjar mengatakan mesti ada pengelolaan lalulintas serta penambahan rambu-rambu agar di titik tersebut tidak menjadi konsentrasi kemacetan. Juga diperlukan penataan alat-alat berat dan optimalisasi peran Dinas Perhubungan dan Kepolisian.

“Kita coba mengkoordinasikan agar nanti traffic manajemennya terkelola dengan baik. Kita harapkan pas di puncak mudik kita sudah tahu bayangannya, sudah sampai mana pengerjaannya, alat-alat berat ditaruh mana, perlu rambu-rambu apa dan kalau kita tahu posisi macet di mana maka kita akan bisa menaruh personel-personel kita agar bisa melancarkan,” bebernya.

Untuk beberapa pengerjaan jalan, Ganjar menjelaskan saat ini memang kebanyakan menggunakan segmentasi panjang. Dengan demikian, pengerjaan pelebaran jalan Jambu ditargetkan selesai pada Oktober mendatang. “Memang modelnya sekarang long segmen. Kalau kita mau targetkan Oktober optimalnya, tapi maksimalnya Desember. Untuk jalur ini nanti clean up saja karena belum bisa digunakan jalur mudik,” ujarnya.

1558349277254-IMG-20190520-WA0093_detail

Tinjau Rest Area Eks PG Banjaratma, Begini Kesan Sri Puryono

 

BREBES – Rest area KM 260 B di ruas tol Pejagan-Pemalang pada musim mudik Lebaran tahun ini siap menyambut pemudik yang ingin singgah. Rest area yang menempati eks Pabrik Gula (PG) Banjaratma itu, kini masuk pada tahap penyelesaian (finishing).

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng Sri Puryono saat meninjau rest area tersebut terkesan melihat stan-stan UMKM yang dikelompokkan dalam beberapa ukuran sudah tertata dengan teratur. Kesan unik semakin kental terasa ketika menyaksikan arsitektur cagar budaya bergaya khas Belanda itu.

“Rest Area KM 260 B ini memang unik karena bekas pabrik gula. Tahun lalu saya ke sini belum sebagus ini. Di sini 70 persen UMKM lokal, sedangkan 30 persen pelaku usaha umum, itu pun saya pesan kontennya lokal. Ini mungkin menjadi rest area terbaik yang dikelola oleh Sinergi BUMN,” ujar Sekda yang terakhir meninjau rest are tersebut lima bulan lalu.

Selain deretan stan yang ditata rapi, Sri Puryono menjelaskan, beberapa fasilitas pendukung lainnya yang tengah dikebut pembangunannya adalah masjid dan SPBU. Arsitektur masjid pun tidak kalah menawan dengan gaya khas Timur Tengah. Pesona itu tampak dari batu bata merah yang ditumpuk sedemikian rupa.

“Di sini fasilitasnya relatif bagus. Tidak lama lagi ada SPBU, air mancur, dan masjidnya pun unik dilihat dari konstruksinya. Saya minta dibangun menara yang ada kubahnya. Harapan saya ke depan bukan hanya rest area, tetapi juga menjadi tempat wisata,” harapnya.

Tak hanya berkeliling memantau progres konstruksi rest area, Sri Puryono juga menyempatkan diri berdialog dengan sejumlan pelaku UMKM lokal. Mereka mengusulkan perbaikan sistem pembayaran non tunai bagi konsumen yang difasilitasi oleh perbankan. Sehingga proses pembayaran kepada pelaku UMKM pun dapat lebih cepat.

“Kita ada sedikit keluhan, seperti sistem cashless untuk kembali transfernya masih memerlukan waktu karena ini masih dalam tahap uji coba. Selain itu, pembayaran tarif listrik juga masih disamakan dengan tarif swasta. Ini kan koperasi mestinya ada subsidi. Ini akan dibicarakan lebih lanjut karena nanti sore Bapak Deputi dan beberapa pimpinan BUMN akan datang dan bertemu di sini bersama pihak pengelola dan pemkab untuk berkomunikasi lebih lanjut,” bebernya.

Pada kesempatan tersebut, Sri Puryono juga memperoleh penjelasan dari Kasatlantas Polres Brebes AKP M Adimas PSE SIK MH tentang rekayasa lalu lintas satu arah (one way) yang akan diberlakukan di Tol Brebes.

“Rekayasa tol yang akan diberlakukan di sini one way. Semua kendaraan dari arah Jakarta akan menggunakan jalur A dan B. Dari arah Jakarta, ujung one way berhenti di KM 262 Brebes Barat, sedangkan dari arah Timur, seperti Semarang dan sebagainya nanti dikeluarkan semuanya di Pantura, Brebes Barat,” bebernya.

Untuk yang dari arah Barat, lanjut dia, khususnya yang jalur B akan dinormalkan di Brebes Barat lewat Simpang Susun. “Khusus untuk kendaraan besar dari arah Barat yang masuk ke jalur B, dia tidak akan berputar arah di Simpang Susun, tetapi akan dikeluarkan ke Pantura dulu, kemudian yang tujuan Semarang masuk ke Brebes Timur,” urainya.

Dia menambahkan, rekayasa tol one way tersebut akan diberlakukan pada 30-31 Mei dan 1-2 Juni 2019. “Ini berlaku tanggal 30, 31, 1, dan 2 Juni 2019. Untuk jamnya masih menunggu perintah dari Korlantas pusat,” lanjutnya.

1558337935478-IMG-20190520-WA0059_detail

Rest Area KM 360 B Gondang-Batang Siap Sambut Pemudik

 

BATANG – Dua minggu menjelang Hari Raya Idul Fitri 1440 H, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono melakukan pantauan kesiapan tol untuk menyambut pemudik. Pantauan diawali dari Gerbang Tol Kalikangkung.

Kepada Sri Puryono, Direktur Teknik PT Jasa Marga Tol Semarang-Batang Abdul Rokhim menjelaskan, pihaknya menyiapkan 23 gerbang tol yang dapat dilalui pemudik menuju Kota Semarang dan enam gerbang tol yang dapat dilalui pemudik menuju DKI Jakarta.

“Puncak arus mudik diprediksi tanggal 31 Mei 2019, sedangkan puncak arus balik diprediksi H+2 Lebaran. Pada puncak arus mudik, diprediksi volume kendaraan yang melewati gerbang kami sebanyak 57 ribu. Kalau puncak arus balik diprediksi volume kendaraan yang melintas sebanyak 47 ribu,” terang Abdul Rokhim saat mendampingi pantauan.

Abdul Rokhim menambahkan, pihaknya juga menyediakan pembayaran tarif tol secara tunai apabila saldo e-toll pemudik ternyata tidak mencukupi. “Di sini masih menerima cash. Teman-teman operator sudah menyiapkan uang kembalian jika saldo e-toll tidak cukup,” lanjutnya.

Menanggapi penjelasan Abdul Rokhim, Sri Puryono meminta sosialisasi tarif tol digencarkan agar pemudik dapat memastikan saldo e-toll mereka benar-benar cukup hingga tiba di tujuan.

“Saya minta sosialisasi tarif tol mulai dari hulunya, dari Jakarta berarti Cikarang-Cikampek sudah harus disosialisasi. Karena kalau sudah pakai e-toll artinya lebih cepat (transaksi pembayaran tarif tol). Tapi kalau saldo e-toll memang tidak cukup, di sini difasilitasi pembayaran cash,” ujarnya.

Usai meninjau Gerbang Tol Kalikangkung, Sekda Jateng Sri Puryono mengunjungi Rest Area KM 360B Gondang, Batang. Saat ini rest area tipe A tersebut memasuki tahap penyelesaian (finishing), seperti pembangunan mushola yang hampir rambung dan perbaikan area hijau. Mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jateng itu berharap, tahap penyelesaian rest area dapat selesai sepuluh hari menjelang Lebaran.

“Rest area di Kabupaten Batang ini masih dalam tahap penyelesaian. Penataannya bagus, bangunannya simpel, tapi cukup luas. Fasilitas difabel juga disediakan seperti toilet. Ada Pertamina, mushola, UMKM juga disediakan seperti tahu Sumedang dan Soto Lamongan. Saya rasa untuk lebaran nanti siap,” ujarnya.

1558186989854-IMG-20190518-WA0017_detail

Gunakan Motor, Ganjar Cek Jalur Alternatif Semarang-Magelang

 

SEMARANG – Persiapan menghadapi musim mudik Lebaran terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Untuk memastikan kesiapan tersebut, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo langsung turun ke lapangan.

Salah satunya dengan mengecek jalur alternatif Semarang-Magelang via Kopeng, Salatiga. Menggunakan sepeda motor, Ganjar berkeliling untuk melihat kondisi jalur alternatif yang memang disiapkan bagi para pemudik itu.

Ganjar dan rombongan berangkat dari kediaman di Puri Gedeh, Semarang pada pukul 14.30WIB. Rombongan bergerak melewati Semarang-Kabupaten Semarang, Salatiga-Kopeng hingga tembus Magelang pada pukul 16.00 WIB.

“Jalur alternatif tadi lumayan bagus, meskipun memang masih ada perbaikan kecil di sejumlah titik, namun yang jelas jalur ini sudah siap dilalui pemudik,” kata Ganjar.

Di jalur alternatif itu, lanjut dia, sejumlah rambu sudah dipasang. Selain itu, penerangan juga cukup dan pemasangan paku marka berpendar (road studs/mata kucing) juga dilakukan di jalur-jalur darurat. “Sudah bagus, semoga bisa dimanfaatkan oleh pemudik untuk menjadi alternatif jika terjadi kemacetan di jalur utama,” terangnya.

Pihaknya menegaskan bahwa semua jalur alternatif di Jateng sudah siap untuk dilewati pemudik. Pihaknya sudah memerintahkan bupati/wali kota yang ada jalur alternatifnya untuk melakukan percepatan.

“Apabila ada lubang-lubang kecil, saya perintahkan ditambal dulu. Kalau ada jalan yang melintas di daerah darurat dan membutuhkan penerangan, saya perintahkan dipasang penerangan portable,” tegasnya.

Dia juga telah memerintahkan semua rekanan untuk menghentikan semua pekerjaan perbaikan jalan pada H-10 nanti. “Sebelum H-10, saya minta dilakukan percepatan-percepatan,” tegasnya.

Tak hanya jalur alternatif, para pemerintah daerah, kata Ganjar, juga diminta mengantisipasi titik-titik kemacetan jalan. Sejumlah tikungan, pasar kaget, antrean di SPBU harus diatur untuk menghindari penumpukan kendaraan.

“Selain itu, sejumlah pintu-pintu keluar tol juga harus mendapat perhatian, mengingat dengan adanya tol ini, diprediksikan mayoritas pemudik akan menggunakan jalur tol itu,” tukasnya.

Di lain sisi, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng Satriyo Hidayat mengatakan, sejumlah jalur alternatif sudah disiapkan dengan baik. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan penyelenggara jalan tol untuk penambahan rambu-rambu jalan. Rambu-rambu yang biasanya hanya bertulis umum, akan ditambahi informasi jalur alternatif yang dapat dilalui.

“Misalnya di exit tol Pemalang, di bawahnya dituliskan Randudongkal, Belik, Purbalingga, Purwokerto. Jadi pemudik yang hendak menuju arah Purwokerto memiliki pilihan untuk menghindari titik-titik kemacetan,” imbuhnya.

Lebih lanjut Satriyo menerangkan, jumlah pemudik Lebaran tahun 2019 ini diprediksi meningkat 16 persen dari tahun sebelumnya dengan prediksi sekitar 8,6 juta pemudik. Puncak arus mudik tahun ini diprediksi terjadi pada H-5 atau pada hari Jumat (31/5/2019).

Dari jumlah itu, sebanyak 5,6 juta adalah pemudik menggunakan mobil pribadi. Diprediksikan pengguna mobil pribadi akan memilih jalur tol dibanding jalur pantura.

“Dari 5,6 juta mobil itu, diprediksikan akan menggunakan jalan tol sebanyak 40 persen. Ini data dari Litbang Kementerian Perhubungan, sehingga harus dilakukan antisipasi,” katanya.

Selain mengantisipasi kemacetan di pintu-pintu tol dan exit tol, berbagai upaya dilakukan untuk mendukung kelancaran pemudik yang melintas melalui jalan tol tahun ini. Salah satunya adalah dengan penyediaan tempat pengisian bahan bakar yang tersebar di sepanjang jalur tol itu.

“Pada arus balik tahun ini, di ruas tol Jateng sudah tersedia sembilan kios BBM, dua SPBU permanen dan satu SPBU modular. Diharapkan dengan keberadaan pengisian BBM itu, pemudik tidak sampai kehabisan bahan bakar di jalanan,” pungkasnya.

1558059229858-IMG-20190505-WA0018_detail

Bagi Pemudik di Jateng, Hindari Titik-titik Rawan Macet Ini

 

SEMARANG – Sejumlah titik di Jawa Tengah diprediksi akan menjadi titik kemacetan pada saat arus mudik Lebaran tahun ini. Para pemudik yang akan melintas diharapkan tidak melewati titik-titik itu dan memilih jalur lainnya.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng Satriyo Hidayat mengatakan, titik pertama kemacetan yang paling parah diprediksi terjadi di Bawen, Kabupaten Semarang. Di lokasi itu, seringkali terjadi penumpukan kendaraan karena aktivitas truk dan jalan yang masih sempit.

“Selama ini orang kalau mau ke Jogja biasanya keluar tol Bawen kemudian lewat Ambarawa, Magelang. Jalur itu hari biasa saja sudah padat, apalagi saat mudik nanti. Kami prediksikan titik kemacetan terparah akan terjadi di Bawen ini, karena pada tahun ini truk lebih dua sumbu masih boleh melintas,” kata dia, Kamis (16/5/2019).

Satriyo berharap, para pemudik yang hendak menuju ke Yogyakarta menghindari jalur tersebut. Pemudik bisa menggunakan jalur alternatif, melalui Weleri-Parakan-Temanggung-Magelang. Atau menggunakan jalur tol dan keluar di exit tol Boyolali atau Colomadu.

“Di jalur-jalur alternatif itu, sudah saya perintahkan kepada petugas untuk memasang rambu-rambu penunjuk arah agar para pemudik lebih mudah. Selain itu nantinya juga akan ditempatkan petugas di titik-titik tertentu yang dirasa perlu,” ujarnya.

Selain Ambarawa, titik macet lain diprediksi terjadi di Pasar Mangkang Semarang, Pertigaan Secang Magelang, Pasar Tonjong Brebes dan di flyover Bumiayu Brebes.

“Untuk menghindari kemacetan di Tonjong dan Bumiayu, pemudik yang hendak ke Purwokerto dapat menggunakan jalur Pemalang-Belik. Itu jalur alternatif yang sudah bagus dan nyaman untuk dilalui,” ucapnya.

Sejumlah jalur alternatif itu, lanjut dia, sudah disiapkan dengan baik. Nantinya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan penyelenggara jalan tol untuk penambahan rambu-rambu jalan. Rambu-rambu yang biasanya hanya bertulis umum, akan ditambahi informasi jalur alternatif yang dapat dilalui.

“Misalnya di exit tol Pemalang, di bawahnya dituliskan Randudongkal, Belik, Purbalingga, Purwokerto. Jadi pemudik yang hendak menuju arah Purwokerto memiliki pilihan untuk menghindari titik-titik kemacetan,” imbuhnya.

Lebih lanjut Satriyo menerangkan, jumlah pemudik lebaran tahun 2019 ini diprediksi meningkat 16 persen dari tahun sebelumnya dengan prediksi sekitar 8,6 juta pemudik. Puncak arus mudik tahun ini diprediksi terjadi pada H-5 atau pada hari Jumat (31/5/2019).

Dari jumlah itu, sebanyak 5,6 juta adalah pemudik menggunakan mobil pribadi. Diprediksikan pengguna mobil pribadi akan memilih jalur tol dibanding jalur pantura.

“Dari 5,6 juta mobil itu, diprediksikan akan menggunakan jalan tol sebanyak 40 persen. Ini data dari Litbang Kementerian Perhubungan, sehingga harus dilakukan antisipasi,” katanya.

Selain mengantisipasi kemacetan di pintu-pintu tol dan exit tol, berbagai upaya dilakukan untuk mendukung kelancaran pemudik yang melintas melalui jalan tol tahun ini. Salah satunya adalah dengan penyediaan tempat pengisian bahan bakar yang tersebar di sepanjang jalur tol itu.

“Pada arus balik tahun ini, di ruas tol Jateng sudah tersedia sembilan kios BBM, dua SPBU permanen dan satu SPBU modular. Diharapkan dengan keberadaan pengisian BBM itu, pemudik tidak sampai kehabisan bahan bakar di jalanan,” tukasnya.

Sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo telah mewanti-wanti kemacetan di jalur tol Trans Jawa. Dirinya mencatat, setidaknya ada tujuh pintu keluar jalan bebas hambatan di Jateng rawan terjadi kemacetan pada arus mudik Lebaran Idul Fitri nanti.

“Untuk exit tol, titik rawan kemacetan berada di pintu exit tol Pejagan, Pemalang, Banyumanik, Salatiga, Tingkir, Boyolali, dan Kartosuro. Exit tol ini jalur alternatif kita berikan. Mudah-mudahan temen-temen di kabupaten membantu,” kata Ganjar saat rapat persiapan mudik, di Gedung Gradhika Kompleks Perkantoran Gubernur Jateng Jalan Pahlawan, Semarang, Minggu (5/5/2019).